dannypomanto.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali melakukan reshuffle kabinet di sisa masa jabatannya, sekitar lima minggu lagi. Pada hari ini, Jokowi melantik Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai Menteri Sosial (Mensos) yang menggantikan Tri Rismaharini (Risma) yang mengundurkan diri karena maju dalam Pilgub Jawa Timur.
Pengunduran diri Risma telah disetujui oleh Jokowi melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 100/P Tahun 2024 tentang Pemberhentian dengan Hormat Risma yang ditandatangani pada Jumat, 6 September 2024. Setelah itu, Jokowi menunjuk Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Mensos.
Serah terima jabatan dari Muhadjir kepada Gus Ipul berlangsung di Gedung Aneka Bhakti, Kementerian Sosial (Kemensos), Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024). Namun, apakah ada urgensi yang mendasari reshuffle kabinet kali ini?
“Tidak ada urgensi yang memaksa untuk melakukan reshuffle, seharusnya pelaksana tugas sudah cukup untuk dijalankan,” kata Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah kepada redaksi dannypomanto.com.
Dedi menilai penunjukan Gus Ipul sebagai Mensos menandakan dekatnya hubungan antara Jokowi dan PBNU, yang saat ini sedang terjadi konflik dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). “Bahkan, ada kemungkinan bahwa reshuffle ini dilakukan untuk menyelesaikan kasus yang menimpa Mendes, sehingga lebih berbau politis daripada kebutuhan akan pengisian posisi kementerian yang kosong,” tutupnya.