dannypomanto.com – Jakarta – Keputusan Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk menetapkan dan menahan Mantan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong ( Tom Lembong ) menuai kontroversi. Hal ini disebabkan narasi yang dibangun oleh Korps Adhyaksa tersebut dinilai tidak jelas dan terang.
“Kasus Tom Lembong sangat sulit dipercaya karena narasinya yang tidak jelas dan terang,” ujar Pengamat Politik Dedi Kurnia Syah kepada dannypomanto.com, Rabu (6/11/2024).
Dedi menilai bahwa Kejaksaan terlalu banyak memberikan alasan pembelaan. Dia memberikan contoh bahwa Kejagung tidak menjelaskan secara rinci kesalahan yang dilakukan oleh Tom Lembong.
“Kasus yang menimpa Tom hanya terkait dengan izin impor saat negara sedang surplus gula, alasan semacam ini seharusnya juga diterapkan pada menteri sebelum dan sesudah Tom karena situasinya masih sama,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pengacara Thomas Tom Lembong, Ari Yusuf Amir juga membantah pernyataan Kejagung bahwa kliennya memberikan izin impor gula saat negara sedang surplus. Tom akhirnya ditahan oleh Kejagung setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi dalam kegiatan impor gula di Kementerian Perdagangan pada tahun 2015-2016.
“Situasi seperti ini membuat publik sulit percaya dan muncul dugaan adanya motif politis di balik kasus ini, yang mungkin saja benar,” tambah Dedi.
Terlebih lagi, Dedi juga menyoroti bahwa pada Pilpres 2024, Tom akan berseberangan dengan Gibran Rakabuming Raka. Tom Lembong merupakan bagian dari tim sukses (timses) pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Dia menjabat sebagai Co-Captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Tim Amin). “Selama masa kampanye, Gibran sering menyerang Tom dalam debat, sehingga muncul dugaan adanya motif politis di balik kasus ini. Kita patut mendukung upaya pemberantasan korupsi oleh Kejaksaan, namun bukan dengan alasan seperti ini,” pungkasnya.
