dannypomanto.com – Jakarta – Letnan Jenderal (Letjen) TNI Purn. Sutiyoso adalah salah satu tokoh militer yang sangat dihormati, terutama di kalangan Korps Baret Merah Kopassus. Sebagai prajurit pasukan elit, Sutiyoso telah berani menghadapi risiko nyawa saat diterjunkan ke medan operasi.
Mulai dari penumpasan kelompok bersenjata PGRS/Paraku di pedalaman hutan Kalimantan Barat hingga Operasi Flamboyan dan Operasi Seroja di Timor Timur yang kini telah merdeka dan menjadi negara Timor Leste. Dikutip dari bukunya yang berjudul “Sutiyoso The Field General, Totalitas Prajurit Para Komando”, Sutiyoso merupakan orang pertama yang ditugaskan untuk menyusup ke perbatasan Timor Timur oleh Ketua G-1/Intelijen Hankam Mayjen TNI LB Moerdani atau yang lebih dikenal dengan nama Benny Moerdani.
Dalam misi yang sangat berbahaya ini, Sutiyoso yang merupakan perwira intelijen Kopassus menyusup secara rahasia dan diam-diam ke daerah musuh untuk mempelajari kekuatan lawan. Dengan menyamar sebagai mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, mantan Gubernur DKI Jakarta ini berusaha agar tidak diketahui oleh musuh. “Saya melakukan hal tersebut karena jika tertangkap oleh musuh, saya tidak akan kembali dengan selamat,” kenang Sutiyoso seperti dilansir oleh redaksi dannypomanto.com, Selasa (3/12/2024).
Dalam operasi ini, Jenderal Kopassus yang lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 6 Desember 1944 hampir saja kehilangan nyawanya ketika berusaha menyelamatkan 4 anggota timnya yang terkena tembakan setelah menyerang markas tentara Fretilin di Suai. Dalam usahanya untuk menyelamatkan rekan-rekannya, Sutiyoso terlibat dalam pertempuran sengit dengan pasukan Fretilin. Meski demikian, Sutiyoso dan timnya terus berjuang untuk mencapai tempat yang aman. Dalam situasi perang yang sangat berbahaya seperti itu, biasanya para tentara yang terluka akan ditembak mati agar tidak menjadi beban. Bahkan, para senior yang dihubungi oleh Sutiyoso melalui radio telah menyarankan agar membiarkan saja keempat tentaranya yang terluka. Namun, Sutiyoso menolak dan tetap berusaha untuk menyelamatkan rekan-rekannya. Setelah melalui perjuangan yang sangat berat, akhirnya mereka berhasil melintasi perbatasan dan diselamatkan oleh pasukan yang sudah menunggu di sana.
“Saya tidak mau meninggalkan rekan-rekan saya. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menyelamatkan mereka,” ujar Sutiyoso.